
Google, menghapus ratusan aplikasi—tepatnya 350 aplikasi—yang berseliweran di toko aplikasi Android, Google Play Store.
Menurut temuan peneliti Human Security Satori (tim riset yang secara proaktif menemukan, menganalisis, dan menghentikan ancaman digital), penghapusan ratusan aplikasi ini dilakukan sejak kemunculan skema penipuan iklan yang sangat masif.
Skema penipuan ini membuat aplikasi yang dirancang untuk menayangkan konten-konten iklan yang tidak sesuai. Praktik ini sudah disadari oleh pengguna karena ada sejumlah upaya kamuflase.
Upaya kamuflase ini mencakup mengubah logo menyerupai aplikasi resmi tertentu, seperti menggunakan nama yang menyesatkan, memproduksi ulang konten serupa, meniru ikon aplikasi resmi, hingga membanjiri konten iklan di latar belakang smartphone (app-background).
Taktik penipuan ini dikenal dengan istilah IconAds. IconAds disebut masif karena operasi ini menghasilkan setidaknya satu miliar permintaan iklan di setiap harinya.

Cara kerja IconAds adalah menayangkan iklan di luar konteks dari aplikasi yang memenuhi satu layar perangkat. Di saat yang bersamaan, praktik ini akan menyembunyikan ikon asli di smartphone pengguna sehingga mempersulit korban menghapus aplikasi.
Sebagaimana dikutip KompasTekno dari GizChina, Selasa (8/7/2025), skema penipuan ini bukanlah hal yang baru. Mekanismenya juga tidak terlalu canggih. Namun, masifnya konten-konten iklan menyesatkan seperti ini membuatnya jadi cukup sulit untuk diredam.
Konten iklan palsu tersebut disebar di ratusan aplikasi dengan ribuan varian, masing-masing diarahkan dengan domain tertentu sehingga membuat penipuan iklan palsu sulit untuk dilacak.
IconAds, secara teknis, menggunakan infrastruktur yang terkoordinasi. Sasarannya adalah meraup keuntungan sebanyak mungkin lewat tayangan iklan palsu, menjalankan iklan tersembunyi, lalu menagih kepada pihak pengiklan.
Tim peneliti Satori turut mengungkapkan aplikasi yang mengandung iklan palsu ini dirancang agar terlihat “tidak berbahaya” atau “mudah dilupakan”. Padahal setelah diunduh, aplikasi akan berbaur secara diam-diam sehingga tidak disadari pengguna.
Jadi, meskipun Google sudah berupaya untuk “menarik” aplikasi dari Google Play Store dan pengguna sudah ada yang pernah mengunduhnya (install), aplikasi akan tetap ada di smartphone. Pengguna harus menghapusnya secara mandiri.
Fitur Play Protect yang ada di Play Store juga ditemukan belum mampu membersihkan smartphone pengguna secara proaktif.
Play Protect adalah fitur keamanan bawaan Android yang memindai aplikasi untuk mencari malware dan potensi bahaya lainnya, baik sebelum maupun setelah aplikasi di-install.

Untuk terhindar dari masalah seperti ini, pengguna perlu memeriksa daftar aplikasi yang sudah diunduh di smartphone. Cari apakah terdapat aplikasi yang tidak dikenal atau tidak digunakan.